Bukan Pekerjaan Mudah Yang Membuat Kita Tersenyum, Namun Senyumlah Yang Membuat Pekerjaan Kita Menjadi Mudah. Keep Smile...... |
A.
Pemikiran
ke arah aplikasi psikologi belajar
( Implikasi teori belajar psikologi
Behavioristik )
1.
Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran
Behavioristik adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah
laku manusia. Teori ini memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi
respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku
mereka.
Salah
satu ciri dari teori behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian
kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, sehingga hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan.
Pada teori
belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia
dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari
lingkungan. Sehingga teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori
belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.
Prinsip-prinsip teori behavioristik adalah :
a. Obyek psikologi adalah tingkah laku
b. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek
2. Tokoh-tokoh dalam Behavioristik
a. Edward Edward Lee Thorndike
(1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa
terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan
respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”.
Thorndike menemukan
hukum-hukum, yaitu:
a). Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme
didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan
tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
b). Hukum latihan
Semakin sering suatu
tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
c). Hukum akibat
Hubungan stimulus dan
respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah
jika akibanya tidak memuaskan.
b. Ivan
Petrovich Pavlo (1849-1936)
Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang
terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan
pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara
otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.[2]
c. Edwin Guthrie
Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang
peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang
tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
d. Skinner
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang
terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku.[3]
3
Implikasi teori belajar psikologi behavioristik
Berangkat dari asumsi bahwa belajar
merupakan perubahan perilaku sebagai akibat interaksi antara stimulus dengan
respons, maka pembelajaran kemudian dipandang sebagai sebuah aktivitas alih pengetahuan
(transfer of knowledge) oleh guru kepada siswa. Dalam perspektif semacam ini,
terlihat bahwa peran guru dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.[4]
Kedudukan siswa dalam konteks
pembelajaran behavioristik menjadi “orang yang tidak tahu apa-apa”, dan karena
itu perlu diberitahu oleh guru. Dengan demikian perubahan perilaku siswa mesti
bersesuaian dengan apa yang dikehendaki oleh guru. Jika terjadi perubahan
perilaku yang tidak sesuai maka hal tersebut dipandang sebagai error behavior
yang perlu diberikan ganjaran.[5]
Pembelajaran dengan demikian dirancang
secara seragam dan berlaku untuk semua konteks, tanpa mempersoalkan perbedaan
karakteristik siswa maupun konteks sosial dimana siswa hidup. Kontrol belajar dalam
pembelajar behavioristik tidak memberi peluang bagi semua siswa untuk
berekspresi menurut potensi yang dimilikinya melainkan menurut apa yang
ditentukan.
Aplikasi
teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pembelajar,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.[6]
Mengacu pada berbagai argumentasi yang
telah dipaparkan, maka secara ringkas implikasi teori behavioristik dalam
pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Pembelajaran
adalah upaya alih pengetahuan dari guru kepada siswa
b. Tujuan
pembelajaran lebih ditekankan pada bagaimana menambah pengetahuannya
c. Strategi
pembelajaran lebih ditekankan pada perolehan keterampilan yang berisolasi
dengan akumulasi fakta yang berbasis pada logika liner
d. Pembelajaran
mengikuti aturan kurikulum secara ketat dan lebih ditekankan pada keterampilan
mengungkapkan kembali apa yang dipelajari
e. Kegagalan
dalam belajar atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan
sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah
f. Evaluasi
lebih ditekankan pada respons pasif melalui sistem paper and pencil test dan
menuntut hanya ada satu jawaban yang benar. Dengan demikian evaluasi lebih
ditekankan pada hasil dan bukan pada proses atau sintetis antara keduanya.
Implikasi
dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan
ruang gerak yang bebas bagi pembelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan
mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut
bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pembelajar kurang mampu
untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pembelajar atau orang yang
belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih
dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam
belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan
disiplin. Pembelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai
dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada
di luar diri pembelajar.
1. Kelebihan dan kekurangan dari teori belajar behavioristik
Kelebihan Teori Behavioristik
1. Membisakan
guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
2. Guru tidak membiasakan
memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika murid
menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
3. Mampu membentuk suatu
prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan positif dan prilaku yang kurang
sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada prilaku yang tampak.
4. Dengan
melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan
bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudha
mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan
pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
5. Bahan pelajaran yang telah
disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan
pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian
suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten
terhadap bidang tertentu.
6.
Dapat mengganti stimulus
yang satu dengan stimulus yang lainya dan seterusnya sampai respon yang diinginkan muncul.
7. Teori
ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan
yang mengandung unsure-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.
8.
Teori behavioristik juga
cocok diterapakan untuk anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung.
Kekurangan Teori
Behavioristik
1.
Sebuah konsekuensi untuk
menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
2.
Tidak setiap pelajaran
dapat menggunakan metose ini.
3.
Murid berperan sebagai
pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa di dengar dan di
pandang sebagai cara belajar yang efektif.
4.
Penggunaan hukuman yang
sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap sebagai metode
yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
5.
Murid dipandang pasif,
perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan
oleh guru.
6.
Murid hanya mendengarkan
dengan tertib penjelsan dari guru dan mendengarkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatf siswa terhadap
suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh
siswa.
7.
Cenderung mengarahakan
siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif, tidak produktif, dan
menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
8.
Pembelajaran siswa yang
berpusat pada guru(teacher cenceredlearning) bersifat mekanistik dan hanya
berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
9.
Penerapan metode yang salah
dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya. proses pembelajaran yang tidak
menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai center, otoriter, komunikasi
berlangsung satu arah, guru melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari
murid.[7]
B. B. Pemikiran
ke arah aplikasi psikologi belajar
( Implikasi Teori Belajar Kognitif )
Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku
yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman
dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam
bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik
bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Aplikasi
teori belajar kognitif dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa
bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra
sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret,
keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan
pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan
pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk
mencapai keberhasilan siswa.
Teori belajar kognitif lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Model belajar kognitif
mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.[8]
Adapun Implikasi Teori Kognitif dalam
dunia pendidikan yang lebih dispesifikasikan dalam pembelajaran sesuai dengan
teori yang telah dikemukakan sebagai berikut :
1.
TEORI
BELAJAR MENURUT PIAGET
Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi
sesuai pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui
proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Adapun pengertian dari asimilasi
adalah proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah
dimiliki oleh individu. Akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur
kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah
penyesuaian struktur berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi
Implikasi teori kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah : bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak (anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik), dan guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak
hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. Berikan peluang agar anak belajar
sesuai tahap perkembangannya. Saat di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi
peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.
2.
TEORI
BELAJAR MENURUT BRUNER
Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara
seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh umur. Proses
belajar akan terjadi melalui tahap-tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Dalam
memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap
tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free discovey learning, ia
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner
mengatakan bahwa perkembangan bahasa benar pengaruhnya terhadap perkembangan
kognitif.
Implikasi teori kognitif Bruner dalam
proses pembelajaran adalah : menghadapi anak pada suatu situasi yang
membingungkan atau suatu masalah, anak akan berusaha membandingkan realita di
luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya, dan dengan
pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali
struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam
benaknya.[9]
3.
TEORI
BELAJAR MENURUT AUSUBEL
Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi
jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan
pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan
stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang
sudah dipahami.
Implikasi teori bermakna Ausubel adalah
: seorang pendidik harus dapat memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik,
sebab mereka para siswa tidak akan dapat memahami bahasa bila mereka tidak
mampu mencerna dari apa yang mereka dengar ataupun mereka tangkap.
Dan dari ketiga macam teori di atas,
jelas masing-masing mempunyai implikasi yang berbeda, namun secara umum teori
kognitif lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa.
Kelebihan Teori Belajar Kognitif:
1. Menjadikan
siswa lebih kreatif dan mandiri.
2. Membantu
siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Kekurangan Teori Belajar Kognitif:
1. Teori
tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
2. Sulit
di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
C. C. Pemikiran
ke arah aplikasi psikologi belajar
( Implikasi
Teori Belajar Humanistik)
Teori belajar humanistik
memfokuskan pembelajarannya pada pembangunan kemampuan positif siswa. Teori ini
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam
diri mereka. Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya
sendiri. Dengan teori ini guru dapat mengetahui teknik yang dapat mengembangkan
jiwa anak didik dalam Pembelajaran.
Aplikasi teori humanistik lebih menonjolkan
kebebasan setiap individu siswa siswi memahami materi pembelajaran untuk
memperoleh informasi atau pengetahuan baru dengan caranya sendiri selama proses
pembelajaran. Dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik,
peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah fasilitator.
Peserta didik dalam pembelajaran yang
humanis ditempatkan sebagai pusat (central) dalam aktifitas belajar. Peserta
didik menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan
demikian , peserta didik diharapkan mampu menemukan potensinya dan mengembangkan
potensi tersebut secara maksimal atau meminimalkan potensi
diri yang bersifat negatif. Peserta didik bebas berekspresi dengan cara belajarnya sendiri.
Peserta didik menjadi aktif dan tidak sekedar menerima informasi yang
disampaikan oleh guru. Kegiatan belajar dianggap berhasil apabila si
pelajar memahami lingkungannya dan dirinya.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik
adalah menjadi fasilitator bagi para
peserta didiknya dengan cara memberikan motivasi dan memfasilitasi pengalaman
belajar, dengan menerapkan strategi pembelajaran yang membuat peserta didik aktif,
serta menyampaikan materi pembelajaran yang sistematis (Sadulloh; 2008).
[11]
Dan implikasinya sebagai berikut :
1.
Guru
Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian
atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk
memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan
ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):
a. Fasilitator
sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas
b. Fasilitator
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam
kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c. Dia
mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d. Dia
mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas
dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e. Dia
menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
f. Di
dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik
isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
g. Bilamana
cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan
sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan
turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang
lain.
h. Dia
mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
i.
Dia harus tetap waspada
terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat
selama belajar
j.
Di dalam berperan sebagai
seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk mengenali dan menerima
keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Ciri-ciri
guru yang fasilitatif adalah :
1.
Merespon perasaan siswa
2.
Menggunakan ide-ide siswa
untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.
Berdialog dan berdiskusi
dengan siswa
4.
Menghargai siswa
5.
Kesesuaian antara perilaku
dan perbuatan
6.
Menyesuaikan isi kerangka
berpikir siswa (penjelasan untuk memantapkan kebutuhan segera dari siswa)
7.
Tersenyum pada siswa[12]
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi
ini adalah siswa merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma , disiplin atau
mematuhi etika yang berlaku.
Kelebihan
teori belajar humanistik :
Siswa akan maju menurut iramanya
sendiri dengan suatu perangkat materi yang sudah ditentukan lebih dulu untuk
mencapai suatu perangkat tujuan yang telah ditentukan pula karena para siswa
bebas menentukan cara mereka sendiri dalam mencapai tujuan mereka sendiri.
Kekurangan
teori belajar humanistik :
1. Siswa
yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
2. Siswa
yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses
belajar.[13]
Setelah kita melaksanakan
pembelajaran dengan pendekatan humanistik, tentunya kita berharap pemebelajaran
tersebut berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran humanistik dianggap
berhasil apabila :
1. Siswa
merasa senang
2.
Siswa bergairah dalam belajar
3.
Siswa berinisiatif dalam belajar
4.
Siswa mengalami perubahan pola pikir
5.
Siswa merasa bebas atau tidak tertekan dalam mengikuti
keseluruhan proses pembelajaran
6.
Siswa berani menyampaikan gagasan dan mengekspresikan
diri
7.
Siswa tidak terikat oleh pendapat orang lain
8.
Siswa mengatur pribadi secara bertanggungjawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan dan norma
9.
Siswa berdisiplin
10. Siswa mengikuti etika yang berlaku[14]
[1] Joko Triyono. Perspektif Perkembangan Manusia, 2011.
Pati : STAI Pati. Hal.3
[2]
Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan, tt. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal.55
[3]
Bell Gredler, E. Margaret. Belajar
dan Membelajarkan. Jakarta: CV Rajawali, 1991. Hal.75
[4] Joko Triyono. Op.cit. hal.56
[5] Joko Triyono. Ibid. Hal.7
[6] Mahmud, Psikologi Pendidikan. Bandung: CV
Pustaka Setia, 2010. Hal.24
[7]
Ratna Yadayati dan Dani Hariyanto.
Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Karya,
2011. Hal.60
[8]
http//edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme
(diakses Kamis, 16 Februari 2012)
[9]
Abdul Hadis dan Nurhayati. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung:
Alfaqfta, 2010. Hal.45
[10] Ibid. hal.67
[11] Muhibbin Syah, Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Hal.49
[12]
Prof. Drs. Dakir. Dasar-dasar
Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993. Hal.64
[13] Desmita. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010. Hal.45
[14] Ibid. hal 77
JSTOR: Casinos & Resorts | The Latest News and Videos
BalasHapusJSTOR is the latest 영주 출장안마 technology provider from the 포항 출장마사지 leading gambling companies in the industry. This 김해 출장샵 is the first of its kind in the 세종특별자치 출장샵 online 파주 출장샵 casino space.