Selasa, 31 Mei 2016

PEMIKIRAN KE ARAH APLIKASI PSIKOLOGI BELAJAR

Bukan Pekerjaan Mudah Yang Membuat Kita Tersenyum, Namun Senyumlah Yang Membuat Pekerjaan Kita Menjadi  Mudah. Keep Smile......

A.         Pemikiran ke arah aplikasi psikologi belajar
( Implikasi teori belajar psikologi Behavioristik )

1.       Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran
       Behavioristik adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Teori ini memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
       Salah satu ciri dari teori behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, sehingga hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
       Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Sehingga teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.
Prinsip-prinsip teori behavioristik adalah :
a.       Obyek psikologi adalah tingkah laku
b.      Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek
c.       Mementingkan pembentukan kebiasaan[1]

2.     Tokoh-tokoh dalam Behavioristik
a.     Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949)
       Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. 
Thorndike menemukan hukum-hukum, yaitu:
a).    Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
b).   Hukum latihan
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
c).    Hukum akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.
b.     Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936)
       Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.[2]
c.     Edwin Guthrie
       Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
d.   Skinner
       Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku.[3]

3        Implikasi  teori belajar psikologi behavioristik
       Berangkat dari asumsi bahwa belajar merupakan perubahan perilaku sebagai akibat interaksi antara stimulus dengan respons, maka pembelajaran kemudian dipandang sebagai sebuah aktivitas alih pengetahuan (transfer of knowledge) oleh guru kepada siswa. Dalam perspektif semacam ini, terlihat bahwa peran guru dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.[4]
       Kedudukan siswa dalam konteks pembelajaran behavioristik menjadi “orang yang tidak tahu apa-apa”, dan karena itu perlu diberitahu oleh guru. Dengan demikian perubahan perilaku siswa mesti bersesuaian dengan apa yang dikehendaki oleh guru. Jika terjadi perubahan perilaku yang tidak sesuai maka hal tersebut dipandang sebagai error behavior yang perlu diberikan ganjaran.[5]
       Pembelajaran dengan demikian dirancang secara seragam dan berlaku untuk semua konteks, tanpa mempersoalkan perbedaan karakteristik siswa maupun konteks sosial dimana siswa hidup. Kontrol belajar dalam pembelajar behavioristik tidak memberi peluang bagi semua siswa untuk berekspresi menurut potensi yang dimilikinya melainkan menurut apa yang ditentukan.
       Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pembelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.[6]
       Mengacu pada berbagai argumentasi yang telah dipaparkan, maka secara ringkas implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a.       Pembelajaran adalah upaya alih pengetahuan dari guru kepada siswa
b.      Tujuan pembelajaran lebih ditekankan pada bagaimana menambah pengetahuannya
c.       Strategi pembelajaran lebih ditekankan pada perolehan keterampilan yang berisolasi dengan akumulasi fakta yang berbasis pada logika liner
d.      Pembelajaran mengikuti aturan kurikulum secara ketat dan lebih ditekankan pada keterampilan mengungkapkan kembali apa yang dipelajari
e.       Kegagalan dalam belajar atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah
f.       Evaluasi lebih ditekankan pada respons pasif melalui sistem paper and pencil test dan menuntut hanya ada satu jawaban yang benar. Dengan demikian evaluasi lebih ditekankan pada hasil dan bukan pada proses atau sintetis antara keduanya.
       Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pembelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pembelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
       Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pembelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Pembelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pembelajar.

1.      Kelebihan dan kekurangan dari teori belajar behavioristik
Kelebihan Teori Behavioristik 
1.      Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
2.    Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
3.   Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada prilaku yang tampak.
4.      Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal. 
5.    Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
6.      Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus yang lainya dan seterusnya sampai respon yang diinginkan muncul.
7.      Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan. 
8.      Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.

Kekurangan Teori Behavioristik                                                                             
1.      Sebuah konsekuensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
2.      Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metose ini.
3.      Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang efektif. 
4.      Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa. 
5.      Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru.
6.      Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelsan dari guru dan mendengarkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatf siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
7.      Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif, tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
8.      Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru(teacher cenceredlearning) bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
9.      Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya. proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.[7]

B.       B.   Pemikiran ke arah aplikasi psikologi belajar
( Implikasi Teori Belajar Kognitif )

       Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
       Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
       Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.[8]
       Adapun Implikasi Teori Kognitif dalam dunia pendidikan yang lebih dispesifikasikan dalam pembelajaran sesuai dengan teori yang telah dikemukakan sebagai berikut :
1.      TEORI BELAJAR MENURUT PIAGET
       Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Adapun pengertian dari asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian struktur berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi
       Implikasi teori kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah : bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak (anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik), dan guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Saat di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.

2.      TEORI BELAJAR MENURUT BRUNER
      Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh umur. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free discovey learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner mengatakan bahwa perkembangan bahasa benar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif.
       Implikasi teori kognitif Bruner dalam proses pembelajaran adalah : menghadapi anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah, anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya, dan dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya.[9]

3.      TEORI BELAJAR MENURUT AUSUBEL
       Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
       Implikasi teori bermakna Ausubel adalah : seorang pendidik harus dapat memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik, sebab mereka para siswa tidak akan dapat memahami bahasa bila mereka tidak mampu mencerna dari apa yang mereka dengar ataupun mereka tangkap.

       Dan dari ketiga macam teori di atas, jelas masing-masing mempunyai implikasi yang berbeda, namun secara umum teori kognitif lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa.

Kelebihan Teori Belajar Kognitif: 
1.      Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
2.      Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah

Kekurangan Teori Belajar Kognitif: 
1.      Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
2.      Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
3.      Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.[10] 

C.         C. Pemikiran ke arah aplikasi psikologi belajar
( Implikasi Teori Belajar Humanistik)

       Teori belajar humanistik memfokuskan pembelajarannya pada pembangunan kemampuan positif siswa. Teori ini membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan teori ini guru dapat mengetahui teknik yang dapat mengembangkan jiwa anak didik dalam Pembelajaran.
       Aplikasi teori humanistik lebih menonjolkan kebebasan setiap individu siswa siswi memahami materi pembelajaran untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru dengan caranya sendiri selama proses pembelajaran. Dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik, peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah fasilitator.
       Peserta didik dalam pembelajaran yang humanis ditempatkan sebagai pusat (central) dalam aktifitas belajar. Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan demikian , peserta didik diharapkan mampu menemukan potensinya dan mengembangkan potensi tersebut secara maksimal atau meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Peserta didik bebas berekspresi dengan cara belajarnya sendiri. Peserta didik menjadi aktif dan tidak sekedar menerima informasi yang disampaikan oleh guru. Kegiatan belajar dianggap berhasil apabila si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya.
       Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didiknya dengan cara memberikan motivasi dan memfasilitasi pengalaman belajar, dengan menerapkan strategi pembelajaran yang membuat peserta didik aktif, serta menyampaikan materi pembelajaran yang sistematis (Sadulloh; 2008). [11]
Dan implikasinya sebagai berikut :
1.         Guru Sebagai Fasilitator
         Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.  Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):
a.       Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
b.      Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c.       Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d.      Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e.       Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
f.       Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
g.      Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
h.      Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
i.        Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
j.        Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.


Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1.         Merespon perasaan siswa
2.         Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.         Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4.         Menghargai siswa
5.         Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6.         Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk memantapkan kebutuhan segera dari siswa)
7.         Tersenyum pada siswa[12]

       Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
              Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma , disiplin atau mematuhi etika yang berlaku.

Kelebihan teori belajar humanistik :
               Siswa akan maju menurut iramanya sendiri dengan suatu perangkat materi yang sudah ditentukan lebih dulu untuk mencapai suatu perangkat tujuan yang telah ditentukan pula karena para siswa bebas menentukan cara mereka sendiri dalam mencapai tujuan mereka sendiri.

Kekurangan teori belajar humanistik :
1.   Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
2.   Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.[13]
Setelah kita melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan humanistik, tentunya kita berharap pemebelajaran tersebut berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran humanistik dianggap berhasil apabila :
1.      Siswa merasa senang
2.      Siswa bergairah dalam belajar
3.      Siswa berinisiatif dalam belajar
4.      Siswa mengalami perubahan pola pikir
5.      Siswa merasa bebas atau tidak tertekan dalam mengikuti keseluruhan proses pembelajaran
6.      Siswa berani menyampaikan gagasan dan mengekspresikan diri
7.      Siswa tidak terikat oleh pendapat orang lain
8.      Siswa mengatur pribadi secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan dan norma
9.      Siswa berdisiplin
10.  Siswa mengikuti etika yang berlaku[14]


[1] Joko Triyono. Perspektif Perkembangan Manusia, 2011. Pati : STAI Pati. Hal.3
[2]  Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, tt. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal.55
[3]  Bell Gredler, E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV Rajawali, 1991. Hal.75
[4]  Joko Triyono. Op.cit. hal.56
[5]  Joko Triyono. Ibid. Hal.7
[6]  Mahmud, Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2010. Hal.24
[7]  Ratna Yadayati dan Dani Hariyanto. Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Karya, 2011. Hal.60
[8]   http//edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme (diakses Kamis, 16 Februari 2012)
[9]  Abdul Hadis dan Nurhayati. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfaqfta, 2010. Hal.45
[10] Ibid. hal.67
[11] Muhibbin Syah, Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. Hal.49
[12]   Prof. Drs. Dakir. Dasar-dasar Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993. Hal.64
[13]   Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010. Hal.45
[14]  Ibid. hal 77

1 komentar:

  1. JSTOR: Casinos & Resorts | The Latest News and Videos
    JSTOR is the latest 영주 출장안마 technology provider from the 포항 출장마사지 leading gambling companies in the industry. This 김해 출장샵 is the first of its kind in the 세종특별자치 출장샵 online 파주 출장샵 casino space.

    BalasHapus